Akubaru menggunakannya hari sabtu tersebut. Setelah aku mencoba kalkulasi berarti aku hanya memiliki jatah sedikit yang berarti aku tidak makan lagi, tapi Tuhan berkata (2 Timotius 12 :9A) "Tetapi Jawab Tuhan kepadaku : 'Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna'".
sampaiTuhan berkata.. "waktunya pulang" JATUH. berdiri lagi.. KALAH. mencuba lagi.. GAGAL. bangkit lagi.. sampai Tuhan berkata. waktunya pulang sebuah ceritera dari sal at 1:54 AM. Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest. No comments: Post a Comment.
Pagihari aku harus mempersiapkan semua kebutuhan aku selama satu hari beraktifitas dari mulai mempersiapkan sarapan pagi, menata tempat tidur, bahkan mempersiapkan kondisi fisik dan Tubuh yang sehat, pagi hari aku harus berlari-lari untuk mengejar waktu sampai di Kampus pukul 08.00 wib. bahkan tak jarang aku sering terlambat ke kampus karena kondisi fisik dan tubuh aku capek dan posisi aku
Kekikasaya melihat itu saya katakan Tuhan saya tidak mau kembali ke bumi, karena ada bom, tapi Tuhan berkata tidak, karena Aku sudah berfirman kamu harus kembali ke bumi, umurmu akan diperpanjang, baik Tuhan. Karena di rumah Bapa banyak tempat tinggal, dan engkau harus tahu engkau tidak bisa mati sebelum waktunya tiba.
SelaluSabar, Sampai Allah Berkata "Waktunya Pulang". Local Business
Sampaituhan berkata " waktunya kamu pulang " #fypシ #nightkids #fypgakni #dinda . Dj Dinda Jangan Marah - DJ Mbon Mbon. 332 1 2. geryyytan Geryyytan · 2021-10-24 Follow. 1 comment. Log in to comment.
2"Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!" 3 Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, 6 Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas;
CaxkEM7. TERUSLAH BERSAHABAT SAMPAI ALLAH BERKATA WAKTUNYA PULANG Ketika ada kesempatan, pergilah bersama teman teman lama. Berkumpul – kumpul, bukan sekadar makan, minum dan bersenang, tetapi ingat, waktu hidup kita semakin singkat. Maka dari itu, bangunkanlah Persaudaraan Mungkin lain waktu kita Tidak akan bertemu lagi. Mungkin lain waktu kita sudah semakin Susah untuk berjalan. Umur itu Seperti es batu, Dipakai atau tidak akan tetap mencair dan berakhir. Begitu juga dengan umur kita. Digunakan atau Tidak Digunakan, umur kita akan tetap berkurang, dan Akhirnya kembali ke hadirat Tuhan Kita akan menjadi tua, sakit, dan meninggal.. Jalani hidup ini dgn ceria, sabar dan santai. Jangan suka mau menang sendiri, sementara orang lain selalu salah. Jangan buang sahabat cuma karena tak sepakat. Satu keburukan teman, bukan berarti hilang sembilan kebaikannya. Perbanyaklah waktu untuk berkumpul dengan teman teman dan saudara saudara kita. Siapa tahu mereka nanti akan menjadi penolong kita di akhirat kelak. Buanglah jauh jauh sifat egois dan iri hati Terimalah kekurangan dan kelebihan dari sahabat. Bertemanlah dengan apa adanya, bukan karena ada apanya. Nikmati semua waktu, senda dan tawa. Hargai semua perbedaan. Percayakan kemampuan teman kita. Jaga perasaannya, tutupi aibnya. Bantu ketika dia jatuh, Sediakan bahu ketika dia menangis. Tepuk tangan dan gembira ketika dia sukses. Sebut namanya dalam doa kita. Bertemanlah dengan hati yang baik dan tulus. Ketika hatimu baik dan tulus, percayalah, Allah juga akan selalu bersama mu. Teruslah bersahabat sampai Allah berkata waktunya pulang. Semoga kita semua selalu bahagia Kiriman dari Sri Mariawati Navigasi pos
Senin, 8 Oktober 2012 Senin pagi di awal pekan yang terasa menjemukan. Padahal rasanya beberapa jam lalu masih hari sabtu, kenapa waktu berlalu dengan cepat? Hmm, dan hari ini akan ada kuis, huffft. Aku melangkahkan kaki ke dalam kelas dengan gontai. Suara riuh teman sekelas memecahkan kemalasanku. Ada yang sibuk belajar, menggosip pagi-pagi, membicarakan liburan dua hari lalu, pun mereka yang sibuk ketawa-ketiwi dengan teman di sebelahnya. Dan tetiba dosen masuk ke kelas. Aku melihat ada seseorang yang mengikutinya dengan membawa amplop besar berwarna cokelat setebal kamus di tangan kanannya. Ahh, berarti beneran akan ada kuis. Aku menggelusarkan pipi di atas meja, dan terdengar suara gumaman teman yang lain yang mungkin saja sama ingin berteriak, “Kenapa kuisnya jadi hari ini?” Tetiba handphoneku berbunyi. Secarik short message datang dari seorang teteh, “Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un. Telah meninggal dunia, saudari kita, Fitri Kurnia Handayani dini hari jam WIB…..” DEGH. Teh Fitri? Aku tak kuasa membaca kelanjutan pesan itu, dan handphone di tanganku seketika terjatuh. “Ada apa Des?” tanya seorang teman di sebelahku yang menghentikan kekagetanku. “Ouh, enggak. Enggak apa-apa,” jawabku sambil mengambil handphone. ****** Padahal baru beberapa minggu yang lalu. Iya, baru beberapa minggu yang lalu. Aku sangat mengingatnya. Siang itu kami berjumpa di tempat duduk akhwat di selasar masjid Salman. Seperti biasa, ia selalu mengenakan pakaian panjang itu lengkap dengan cadarnya. Sesuatu yang kadang membuatku iri dengan penampilannya, diam-diam aku juga menyimpan keinginan kelak ketika aku pergi kuliah, aku bisa mengenakan pakaian yang seperti ia kenakan sekarang. “Assalamu’alaykum. Teteh ngapain?”aku menyalaminya dan duduk di sebelahnya. “Wa’alaykumussalam. Hehe, lagi nungguin temen nih. Abis dari Istek nganterin barang,” jawabnya. “Ohh, teh. Yang bros Fikurhan’ di Istek itu produk Teteh ya?” tanyaku. “Kok tahu? Hehe” “Yaelahhh, orang itu juga nama Teteh. Fitri Kurnia Handayani. Wahh, Teteh ini diem-diem jadi enterpreneur juga toh?” candaku. Dan kamipun tertawa. “Ehh, btw kamu kapan mau main ke kosan? Ihh, kapan ihh? Katanya mau main?”tanyanya penuh manja. “Iya nihh Teh, pengen banget. Huhu, tapi UTS di depan mata nih Teh. Pengen ihh sebenarnya masak bareng di kosan Teteh. Entar lah ya Teh, nunggu agak lowong. Hehe” jawabku. “Pokoknya kamu harus main ke kosanku ya!? Nanti kita masak-masak bareng. Beneran lhoh ya, aku tunggu!” katanya yang kemudian memelukku. ****** Benar-benar tak kusangka jika pada akhirnya pertemuan kita kala itu menjadi pertemuan kita yang terakhir. Bahkan dengan segala kesibukanku, aku masih belum bisa menunaikan janji yang telah kubuat. Aku sangat sedih. Aku memang tak lama mengenalnya, hanya tak lebih dari satu semester. Ya, tak lebih. Tapi entah mengapa aku selalu merasa dekat jika berbicara dengannya. Sangat teringat waktu sepulang dari ta’lim, dia mengajakku pergi ke sebuah toko buku dengan mengendarai motornya. Di tengah jalan dia berkata dengan suara yang terdengar sangat manja dan lembut, “Dek, aku iri banget sama kamu” “Kenapa memang Teh?” tanyaku. “Aku iri sama semangatmu menuntut ilmu,” katanya. “Ahh, jangan gitu dong Teh. Bukannya kebalik? Justeru akulah yang harusnya malu sama Teteh. Aku masih memprioritaskan banyak hal duniawi,” kataku sambil menunduk. ****** Teteh, apa kuasaku? Jika ternyata Allah juga telah merindukanmu dan ingin segera berjumpa dengamu. ****** Februari 2015 Malam itu, seperti biasa aku dan teh Lili-teman sekosanku- membicarakan banyak hal kejadian yang kami alami sehari tadi, dan entah mengapa tetiba aku bertanya kepada Teh Lili, “Teteh, kenal Teh Fitri?” “Fitri TELKOM? Fitri Kurnia Handayani?” tanya teh Lili. “Iya iya. Rahimahallaah. Hmm, tetiba aku kangen banget sama dia,” jawabku. “Des, aku kenal banget sama dia. Dulu aku sering banget nginep di kosannya. Dia teman yang paling dekat sama aku saat aku baru pertama ngaji’. Dia supel dan baik banget. Sering nganterin aku kemana-mana. Dia satu-satunya orang yang manggil namaku Melani,” cerita teh Lili. “Iya Teh, dia emang baik banget. Pas baru kenal juga aku ngerasa deket banget sama dia. Pernah suatu ketika pas akhwat-akhwat sedang berkumpul dan membicarakan tentang sedekah, Ummu Malik tetiba cerita. Dulu ada seorang akhwat, yang dia suka ngumpulin botol-botol bekas. Lalu botol bekas itu dia jual, dan uang hasil penjualan botol itu dia sedekahkan. Maa syaa Allah, saya menyaksikan sendiri, kata Ummu Malik. Dan kami tertegun mendengar cerita itu. Kemudian Ummu Malik berkata bahwa sayang akhwat itu sekarang sudah meninggal. Dan Teteh tau? Tetiba feelingku berkata kalau akhwat yang dimaksud Ummu Malik itu adalah teh Fitri,” sambungku. “Botol-botol bekas? Des, aku dulu sering nginep di kosannya, dan emang disana banyak botol bekas. Katanya itu emang sengaja dia kumpulin. Tapi aku gak kepo lebih jauh botol-botol itu mau dikemanakan.” “Yang bener Teh? Maa syaa Allah. Berarti feelingku bener. Aku merasa sangat malu kalau inget teh Fitri. Dia itu semangat banget ngajinya. Semangat banget ber-enterpreneur. Teh Ike pernah cerita ke aku, kalau teh Fitri itu sering ngebuka stand buat jualan baju syar’i dan produknya di sekitar Salman dan aku sempat tahu produknya bros “Fikurhan” di jual di Istek. Ahhhh, teh Fitri…..” “Ya Allah, Fitriiii. Sedih banget rasanya. Kamu tau gak, sebelum Fitri meninggal, beberapa bulan yang lalunya, sekitar bulan Juli kalau gak salah ayahnya meninggal. Kasian banget dia, aku sering bareng dia saat-saat itu. Dia tegar banget, gak mau keliatan sedih di depanku.” Aku merasa sedih mendengar kabar itu sekarang, “Berarti teh Fitri yatim dong? Maa syaa Allah, hmmm…. sesungguhnya betapa banyak kebaikannya yang belum kita ketahui. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang Allah masukkan mereka ke dalam surga” “Aamiin….” Malam itu aku benar-benar tak bisa tidur, selalu terngiang segala hal yang pernah teh Fitri rahimahallaah katakan kepadaku. Aku merasa sangat merindukannya. Dengan sengaja aku membuka akun facebooknya. Ketika aku melihat foto profilnya dan membaca beberapa status terakhirnya, seketika aku tak bisa menahan air mataku, “Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kita sendiri dengan Allah saja nanti.” Fitri Kurnia Handayani rahimahallaah – Kamis, 27 September 2012 Begitu banyak cerita kebaikannya yang tak bisa aku tuliskan disini karena terbatasnya pengetahuan dan terbatasnya spasi. Dan banyak kebaikannya yang baru aku ketahui belakangan setelah dia meninggal. Ya Allah, beginikah cara-Mu memperlihatkan kebaikan hamba-Mu di hadapan orang lain? Aku menangis. Menangis bukan karena baru belakangan aku mengetahui kebaikan-kebaikannya. Aku menangis karena jika aku memandang diriku sendri, apakah aku akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti dia? Ketika aku telah meninggal nanti, akankah orang-orang mengenalku karena kebaikanku ataukah orang-orang mengenalku karena keburukanku selama aku hidup? Allahummaghfirliy….. mengingatkanku pada sebuah sabda yang pernah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampaikan, “Sesungguhnya Allah akan menghisab hamba-Nya pada hari kiamat, lalu Dia tunjukkan padanya dosa-dosa kecilnya dan Dia sembunyikan dosa-dosa besarnya. Kemudian Dia berkata, Engkau telah melakukan perbuatan demikian dan demikian pada hari demikian?’ Dia si hamba menjawab, Benar, wahai Rabbku.’ Hamba tersebut takut bila dosa-dosa besarnya ditampakkan, maka Allah berkata, Sungguh telah Kuampuni kamu! Dan setiap dosamu Kuganti dengan kebaikan.’ Maka di sanalah dia si hamba berkata, Tuhanku, aku punya dosa-dosa yang belum kulihat.’” termaktub dalam Ash-Shahih Sempat bertanya pada diri sendiri, “Teteh, jika Allah menghendaki waktuku secepat waktumu, apa yang bisa aku perbuat?? sementara tak banyak amal dan pahala yang kupunyai sebagai bekal…” Tidak ada daya dan upaya kecuali hanya milik Allah. Teteh benar-benar membuat aku sadar bahwa waktuku juga tak banyak. Entah sampai besok atau lusa…. ***** Sesungguhnya manusia yang hidup, pasti akan mati. Sedangkan setiap orang yang datang, pasti akan pergi. Malam pergi pelan-pelan dan diam. Sementara siang datang menjelang. Aku menyaksikan mereka datang dan pergi. Berjumpa kemudian berpisah. Sampai akhirnya aku sendiri sadar bahwa aku juga menunggu waktuku untuk PULANG Ummu Kiram 22 Jumadil Awwal 1436 H/ 13 Maret 2015 Based on true story dalam Majalah Al-Hidayah Edisi 2
sampai tuhan berkata waktunya pulang